jam indo

kata jalan

selamt datang di blog kami...di blog ini kami bertujuan untuk membagi-bagi ilmu jadi,apapun yang kami berikan,mohon tidak di salah gunakan,terimakasih...

Sabtu, 18 Desember 2010

menanamkan nilai-nili kristiani pada anak dan keluarga

1. Pendahuluan Menanamkan nilai-nilai Kristiani dengan dasar Alkitab kepada anak-anak dan remaja merupakan suatu hal yang sangat penting. Amsal 22:6 berkata, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Proses pendidikan ini menuntut harga yang sangat mahal yang harus dibayar khususnya oleh pihak orang tua. Jika tidak, maka penyesalan akan terus dibawa hingga nafas terakhir. Apa yang disebut dengan nilai-nilai Kristiani dan bagaimana menanamkannya di dalam kehidupan anak-anak dan remaja akan bersama-sama kita renungkan. 2. Nilai-nilai Kristiani Iman di dalam Tuhan Yesus Kristus seharusnya merupakan iman yang hidup, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17). Sikap dan tindakan tersebut disebut dengan nilai-nilai (values) yang merupakan standard yang ditetapkan Allah sendiri dalam firman-Nya, dan bukan standard yang ditetapkan oleh manusia. Beberapa nilai Kristiani yang harus ditanamkan kepada generasi berikutnya: (a) Kebenaran (Truth) – di mana kita harus memegang kebenaran dan mengajar-kannya, yaitu kebenaran berdasar kepada Alkitab. Dalam kebenaran ini juga terletak integritas dan kejujuran, di mana ada keselarasan antara apa yang dikatakan dan dilakukan (Mat. 5:37). (b) Kesalehan (Righteousness) – di sini setiap orang percaya harus hidup berfokus dan berpusat pada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kesalehan berbicara tentang hubungan atau relasi antara kita dengan Allah dan kesederha-naan hidup. Ayub telah hidup dalam kesalehan, bergaul karib dengan Allah, sejak ia berusia remaja (Ayub 29:4). (c) Kekudusan (Holiness) – ini merupakan syarat seseorang dapat melihat Allah, dan masuk menghadap hadirat-Nya (Mat. 5:8). Orang Kristen telah dipisahkan dari dunia yang gelap ini untuk tujuan khusus, yaitu sebagai garam dan terang. Kekudusan mencakup baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan. (d) Kesetiaan (Faithfulness) – sifat setia sangat diharapkan dimiliki oleh setiap orang percaya. Kesetiaan orang Kristen harus didasarkan kepada kesetiaan Allah sendiri dengan senantiasa menyertai kita. Hanya orang yang setia sampai mati yang akan memperoleh mahkota kehidupan (Why. 2:10b). Kesetiaan kepada Tuhan ini juga harus ditunjukkan dengan kesetiaan atau loyalitas dalam gereja lokal, kepada pasangan, dan hal lain yang dikehendaki Tuhan. (e) Keutamaan (Excellency) – semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama tentunya diilhami oleh Allah sendiri yang telah memberikan pemberian yang terbaik, yaitu Anak-Nya Yang Tunggal bagi dunia (Yak. 1:17). Kaidah Emas (Golden Rule) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri harus terus kota pegang. (f) Kasih (Love) – ini merupakan ciri kehidupan umat Kristiani yang selalu dinanti-kan oleh orang-orang di sekitar kita. Kasih agape yang dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima orang lain, mengampuni yang bersalah, dan menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang membutuhkan. Semua orang percaya diperintahkan untuk menyatakan kasih ini, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama (Mat. 22:37-39). 3. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Untuk dapat menanamkan semua nilai di atas, perlu dipahami aspek-aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak dan remaja. Ada aspek perkembangan fisik, moral (Lawrence Kohlberg), mental (Jean Piaget), psiko-sosial (Erik Erickson), dan iman (James Fawler). Untuk perkembangan iman, James Fawler telah mengelompokkan tahapan perkembangan dengan baik. Jika kita memahaminya, maka proses penanaman nilai tersebut akan menjadi lebih mudah. Tahap Perkembangan Makna dan Kekhususan 1. intuitive Projective Faith (0 – 6 tahun) Iman diperoleh dari orang tua; berpikir tentang Allah; penuh imajinasi dan fantasi; meniru iman orang lain; gambaran tentang Allah diserupakan dengan orang tuanya; mewarisi tradisi tentang Allah dan iman. 2. Mythic Literal Faith (6 – 12 tahun) Iman diperoleh dari cerita-cerita; pentingnya keanggotaan kelompok untuk identitas diri; berpegang kepada cerita, aturan dan nilai otoritas, cerita diserap secara harafiah dan faktual; figur otoritas mengendalikan perspektif pribadi 3. Synthetic Conventional Faith (12 – remaja lanjut) Iman diperoleh dari kelompok; gerakan pertama menuju iman pribadi; memilih kepercayaan, nilai, dan sifat-sifat bagi diri sendiri; pilihan tidak diambil secara refektif/kritis; pemulihan tidak berasal dari norma komunitas; figur otoritas tetap penting 4. Individuative Reflective Faith (remaja lanjut – dewasa) Membentuk imannya sendiri; komitmen pribadi akan iman, nilai-nilai dan tindakan; menjadi reflektif/kritis terhadap iman komunitas; diri sendiri menjadi sumber otoritas-kepemilikan; tidak menyukai ketegangan antariman – memilih satu untuk menyelesaikan ketegangan 5. Conjunctive Faith (dewasa) Iman yang dewasa dan terbuka; mampu menggandeng perspektif yang berbeda; mampu memandang kebenaran dari berbagai sudut; terbuka terhadap berbagai pandangan yang masih misteri; terbuka untuk kebenaran dan tradisi lain 6. Universalizing (dewasa lanjut) Iman yang dalam dan konsisten; tidak lagi berpusat pada diri sendiri; memandang dunia melalui pengalaman dan iman orang lain; menghargai orang lain dengan kasih Tuhan Pencipta; minat transendental terhadap satu komunitas 4. Kiat-kiat Menanamkan Nilai-nilai Kristiani kepada Anak dan Remaja Berikut ini adalah kiat-kiat menanamkan nilai-nilai Kristiani kepada anak dan remaja. 4.1. Anak (0 – 12 tahun) * memberikan teladan tentang nilai-nilai iman Kristiani di atas * menyediakan bahan-bahan cerita dalam media cetak atau elektronik * menetapkan aturan-aturan dengan prinsip ‘punishment and reward’ * menyediakan diri untuk menjadi ‘sumber’ jawaban atas pelbagai pertanyaan mereka, dengan terus belajar dan menyederhanakan jawaban sesuai tingkat pemahaman anak-anak * mengajak dan melibatkan anak-anak dalam pelbagai program pelayanan di gereja atau masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka 4.2. Remaja (12 tahun – remaja lanjut) * memaparkan segala sesuatu secara terbuka, termasuk mengakui kesalahan dan mencoba memperbaikinya * menyediakan bahan-bahan pembinaan rohani, seperti buku renungan remaja, dsb. * mengijinkan mereka bergabung dengan kelompok pergaulan yang baik dan terarah * menyediakan diri untuk menjadi tempat curhat mereka * memberikan argumentasi yang jelas terhadap segala hal yang diperbolehkan atau dilarang * mengijinkan Tuhan sendiri ‘mengajar’ mereka Tentunya kita-kiat di atas harus didahului oleh doa yang dinaikkan terus-menerus bagi mereka. Doa Ibu Monica berhasil membawa pertobatan yang radikal dalam kehiduan Agustinus. Ada kuasa yang mengubah dan memperbaharui dalam doa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

after u read this archive and u're ototronic class leave comment please